Sejarah Desa
31 Januari 2017 19:18:39 WITA
Sejarah Desa
Untuk menyusun sejarah Desa Tajun , kami benar-benar mengalami suatu kesulitan hal ini disebabkan sangat langkanya sumber bahan penyusunan tersebut, namun dengan segala keterbatasan tersebut kami mencoba menyusun arti nama dan sejarah Desa Tajun selayang pandang.
Berhubungan dengan sangat langkanya bahan-bahan penyusunan arti dan sejarah Desa Tajun seperti kami kemukan diatas, maka sejarah Desa Tajun kami susun berdasarkan PRASASTI RAJA SRI KESARI WARMADEWA yang tertanggal 19 Agustus 914, menerangkan bahwa Pura Gunung Sinunggal ( Bukit Sinunggal ) yang terletak didesa Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng pada jaman dahulu sebelum tahun 914 Masehi menjadi milik Raja yang di puja, oleh masyarakat Bali Utara pada jaman itu. Menurut isi Prasasti Raja Sri Kesari Warmadewa yang tertanggal 19 agustus 914, menerangkan bahwa Pura Gunung Sinunggal yang dahulu disebut Hyang Bukit Tunggal terdapat di Desa Air Tabar, daerah Indra Pura, Desa indra Pura kini di sebut Desa DEPEHA dengan melalui perubahan-perubahan : Indra Pura : In – Dra – Pu – Ra, Dra – Pu – Ra, Da – Pa – Ha, DEPAHA.
Jadi yang memelihara Pura Bungkit Tunggal saat itu adalah desa Air Tabar, sebagai tokoh – tokohnya bernama Mpu Dang Hyang Agenisarma, Sri Naga, Bajra dan Tri. Ke empat orang tokoh masyarakat Desa itu berpangkal Ser Tunggalan, Lampuran yang tugasnya untuk mempersatukan masyarakat desa dan juga sebagai pelapor, yang melaporkan keadaan dan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Desa Air Tabar dan juga di sekitar Pura Bukit Tunggal kehadapan Sri Paduka Raja, Sri Kesari Warmadewa di Istana Singhamandawa. Istana Singhamandawa jaman dahulu terletak di antara Desa Bedulu dan Desa Pejeng sekarang. Batas – Batas desa Air Tabar disebut dalam Prasasti : Batas sebelah Utara Jurang Kasurihan, sebelah Timur Sungai Alangsit, Sebelah Selatan Panggah, dan sebelah Barat Tagtag Bukit.
Kemudian dalam pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi, Baginda memerintahkan para Senapatinya yaitu : Sang Senapati Balem Bunut bernam Tuha Kulup, Sang Sena Pati Waranasi bernama Tuha Neko, yang Senapati Makudur bernama tuha semut, Pangurang di Pangkaja bernama Tuha Jalu, Pangurang di Air Haji bernama Tuha Boca, supaya membuat piagam atau Prasasti baru untuk undang-undang persembahyangan di dalam Pura Bukit Tunggal.
Piagam tersebut di tatah di Istana Raja oleh Sang Danu, dan di saksikan oleh Senapati – senapati dan penulis – penulis kahakiman yang kepertama bernam : Sumbul, yang kedua ber nam Kumpi kulupbok dan yang ketiga bernama Kumpi Maranjaya.
Prasasti tersebut diresmikan pada tanggal 29 Pebruari 984, kemudian pada jaman Raja suradipa, para Kedua Dharma ( Pertapaan dan Pura –Pura ) yang ada di wilayah Desa Air Tabar yaitu : Mpu Dalas raya, Mpu Tatwani Wandana, dan Mpu sida Karya menghadap sri Paduka MaharajaSuradipa agar Piagam atau Prasasti dari Raja yang sudah mangkat, sangat rusak dan tidak sesuai sengan keadaan sekarang, mohon supaya diganti. Terutama Undang – undang yang menyakut Pura –pura yang ada di wilayah Desa Air Tabar, yaitu Ida Batara Bina Yaka ( Batara Ganesha ) dan para Batara lainnya yang bersemayam di dalam Pura Bukit Tunggal.
Setelah mengdengar laporan tersebut, maka Sri Maha Raja mengabulkan permohonan mereka itu untuk memperbaharui isi – isi Prasasti tersebut.
Prasasti yang baru ini selesai ditulis dan diresmikan pada tanggal 23 Nopember 1115.
Menurut adat tradisi Bali, bahwa letak – letak tempat suci pada jaman daluhu biasanya terletak diatas bukit –bukit atau pada suatu tempat yang meninggi, tempat yang meniggi itu terletak di hulu Desa tempat tinggalnya.
Demikian juga Pura Bukit Tunggal itu, yang jaman dulu dipuja oleh Raja, Para Pejabat pemerintahan, dan Masyarakat penduduk Bali Utara, terletak di atas Bukit, serta di emong oleh Desa Air Tabar, yang ada di daerah Indrapura ( DEPAHA ).
Sesuai dengan praturan adat jaman dulu, jadi letak Desa-desa pengemongnya adalah di sebelah Utara Pura Bukit Tunggal itu jadi letak Desa. Air Tabar itu ada disebelah Utara Pura Bukit Tunggal, ke Utara lagi tedapat Desa Bayat ( sekarang di sebut Bayad ), Desa Tunjung, dan Desa Indrapura ( Depaha ) sebagai pusat Desanya. Seperti halnya Desa – desa kecil yang masuk Desa Julah, maka Desa Air Tabar sering juga didatangi oleh Perampok, sehingga lama-kelamaan masyarakat Desa Air Tabar itu berpindah tempat menuju kesebelah Selatan Pura Bukit Tunggal. Disana mereka membangun Desa baru yang kemudian Desa itu disebut Desa Tanjung, dan akhirnya menjadi Desa TAJUN atau TETAJUN.
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
Kalender Bali
Sukai Kami
Please Bantu Kami,
×